A
|
gar mendapatkan suara yang baik,
proses perawatan burung cucakrawa harus baik. Tahap awal, burung perlu adaptasi
dengan lingkungannya. Selanjutnya, burung akan memperbaiki kondisinya dengan
ditunjang perawatan dari kita.
A. Tempatkan Sangkar di Tempat Yang Tinggi
Khususnya
cucakrawa bakalan, sangkarnya perlu ditempatkan di tempat yang tinggi dan tidak
terlalu banyak gangguan lingkungan. Idealnya, tempat gantungan memiliki
ketinggian 2,5 m, benar-benar tidak ada gangguan yang berlebihan, tidak terlalu
banyak mendapat hembusan angin kencang, dan terlindung dari terik matahari.
Tujuan utama sangkar digantung pada ketinggian maksimal agar kondisi fisik
cucakrawa cepat pulih dan segar kembali. Penempatan sangkar ini dilakukan
sampai burung tersebut mau berkicau. Setelah berkicau, secara bertahap sangkar
diletakkan di tempat yang lebih rendah.
Selama
ini, penggemar selalu menempatkan cucakrawa bakalan di tempat rendah dengan
maksud mempercepat cucakrawa menjadi jinak. Cara ini menyebabkan hasil yang
didapat kurang baik. Sangkar boleh ditempatkan di tempat rendah hanya pada saat
penjemuran saja, yaitu pada pagi hari.
Pada
malam hari, tempatkanlah cucakrawa bakalan di ruang yang diberi penerangan.
Sebaiknya, sangkar ditutup dengan kain penutup/kerodong agar burung lebih
terjaga ketenangannya. Saat menjelang pagi dan tutup sangkar dibuka, burung
akan berkicau dengan keras walau tidak sering. Walaupun demikian, ada juga
cucakrawa yang bermental baik dan tidak terpengaruh dengan tempat yang terang
di malam hari.
Apabila
memiliki cucakrawa bakalan lebih dari satu, terlebih lagi sudah rajin berkicau,
sedapat mungkin penempatan sangkar saling berjauhan atau cucakrawa tidak saling
melihat. Hal ini untuk menghindari pengaruh buruk antar sesama cucakrawa. Bila
letak sangkar berdekatan, ada kemungkinan kicauannya berpasangan dan
dikuatirkan cucakrawa bakalan mengikuti suara cucakrawa lain yang
suaranya kurang baik.
B. Biarkan Cucakrawa Berkicau
Supaya
cucakrawa anakan yang dipelihara tidak bersuara gedongan perlu diterapkan
teknik perawatan yang baik dan tepat. Selama ini, penggemar menyukai cucakrawa
anakan karena mudah didekati. Rasa senang ini membuat penggemar ingin
menjadikan burung sebagai mainan (sejinak mungkin). Akan tetapi, akibatnya
burung tersebut tidak mampu berkicau dengan baik. Apabila menginginkan suara
yang baik dari cucakrawa anakan, upayakan burung tersebut tidak terlalu jinak
dan tidak takut dengan kita.
Sebenarnya
memelihara cucakrawa anakan lebih sulit dibandingkan cucakrawa dewasa/muda hutan.
Cucakrawa ini mudah menirukan suara. Oleh karenanya, tempatkan sangkarnya di
tempat yang tinggi. Jangan dekatkan dengan burung bersuara kurang baik ataupun
diperdengarkan kaset. Jauh lebih baik bila mendekatkannya dengan burung yang
kicauannya cepat dan keras seperti jok-jok/trucuk.
Cara
memelihara cucakrawa dewasa atau muda hutan tidak jauh berbeda dengan
memelihara burung anakan cucakrawa. Namun, pada tingkat usia tersebut, jangan
terlalu memaksakan agar cucakrawa cepat jinak. Memaksa burung untuk jinak hanya
akan membuatnya stres sehingga berakibat suaranya kurang baik. Menjinakkan
cucakrawa dilakukan setelah burung tersebut rajin berkicau.
C. Menjinakan Bila Telah Berkicau
Setelah
mau (rajin) berkicau, umumnya 7-8 bulan, cucakrawa dapat dijinakkan. Cucakrawa
dewasa yang masih liar memang harus dijinakkan agar tidak takut terhadap orang
dan lingkungan barunya. Hal ini akan membuat mental atau keberaniannya
bertambah baik dan dapat mendorongnya menjadi lebih rajin berkicau.
Penggunaan
sangkar soliter untuk menjinakkan cucakrawa memang perlu waktu agak lama
dibandingkan dalam kandang besar karena ruang geraknya kurang luas.
Dalam
proses menjinakkan dibutuhkan kesabaran. Kalau kurang sabar dan berhati-hati,
burung akan bertambah takut, mungkin akan bertambah liar dan rusaknya bulu yang
baru tumbuh. Biarkan cucakrawa jinak dengan sendirinya. Dengan cara ini, suara
cucakrawa lebih bagus dibandingkan cucakrawa yang dipaksakan cepat jinak dengan
menempatkan sangkar di tempat yang rendah. Jangankan yang masih bakalan,
cucakrawa yang sudah rajin berkicau kalau sangkarnya digantungkan di tempat
rendah secara terus-menerus, kualitas suaranya sulit bertambah baik, bahkan
bisa turun kualitasnya.
Cucakrawa
yang mulai jinak biasanya akan berkicau pelan dan sesekali bersuara keras. Bila
sudah mulai jinak, sangkar cucakrawa dapat sekali-kali ditempatkan di tempat
yang rendah. Hal ini berlangsung hingga cucakrawa benar-benar jinak dan
kualitas suaranya tetap baik.
Hal
lain yang dapat membantu dan mempercepat proses penjinakkan cucakrawa adalah
membiasakannya mandi dalam kandang mandi khusus burung. Proses inipun tidak
boleh dipaksakan. Secara perlahan cucakrawa dibiasakan untuk mandi di tempat
tersebut.
D. Jauhkan dari Pengaruh Suara Burung Yang Buruk
Kehadiran
suara-suara atau kicauan burung yang kurang baik dapat ditirukan cucakrawa. Hal
ini tentu sangat merugikan. Suara-suara atau kicauan burung yang dimaksud
antara lain suara siulan, suara balon, suara kicauan burung poksai hitam dan
suara burung perkutut. Suara-suara tersebut sangat mudah ditiru cucakrawa bila
sering didengarnya. Kasus yang banyak terjadi cucakrawa dapat menyuarakan suara
perkutut dengan amat baik. Cucakrawa yang menyuarakan suara burung lain atau
bukan suara aslinya akan turun harga jualnya.
E. Mendekatkan Dengan Burung Bersuara Baik
Ada
beberapa jenis burung yang baik untuk menjadi pendamping cucakrawa. Salah
satunya mempunyai kicauan cukup mirip dengan cucakrawa. Burung yang dimaksud
adalah srintel (greater racket-thailed drongo/Dicrucus paradiseus) yang
di Jawa Barat lebih dikenal dengan saeran rambai. Namun, sayang burung ini
tergolong langka. Selain itu, jenis burung lain yang bisa didekatkan dengan
cucakrawa yaitu robin, jok-jok, kenari afrika, dan cucak thailand. Berikut
diuraikan satu persatu :
1.
Burung Srintel
Suara burung
srintel tampak mirip dengan suara burung cucakrawa jantan dewasa. Burung ini
tergolong baik dalam menirukan suara burung lain jika dirawat dari kecil.
Penampilan burung ini juga menarik. Bulunya berwarna hitam, ekornya seperti
lidi menjuntai ke bawah, dan panjang tubuhnya hingga ke ekor mencapai 30 cm.
Kalau ada di pasaran, harga burung srintel cukup tinggi, berkisar ratusan ribu
rupiah untuk burung yang baru belajar berkicau.
2. Burung Kenari Afrika
Black
throat merupakan salah satu kenari afrika yang ada di Indonesia. Ukuran
tubuhnya sekitar 10 cm, bulu sayapnya berwarna abu kecoklatan bergaris hitam,
dan warna bulu penutup ekornya kuning. Bagian tenggorokan burung jantan
berwarna hitam.
Black
throat mempunyai kicauan yang cukup baik dan cepat. Yang menarik dari black
throat, kecepatan variasi suaranya seperti tidak ada selah dan tidak
berjarak, padahal variasinya cukup banyak. Di antara variasinya, ada
suara-suara kicauannya yang mirip kicauan cucakrawa. Selain itu, burung ini
juga mudah berkicau seperti robin. Kelebihan lainnya, burung ini telah dapat
berkicau rajin dalam waktu 3 bulan dan frekuensi berkicau 5 menit sekali. Hal
ini tidak mampu dilakukan burung sekelas robin ataupun jok-jok.
Dengan
suara yang berkualitas, burung black throat cukup baik menjadi
pendamping cucakrawa. Selain itu, kita tidak perlu sangsi untuk mendekatkan black
throat dengan cucakrawa anakan, muda hutan, atau dewasa sebab fisiknya
lebih kecil sehingga cucakrawa kecil kemungkinannya bisa terganggu. Sayangnya,
harga black throat cukup mahal, bakalan yang masih liar berkisar Rp
200.000 – Rp 300.000 per ekornya.
3. Burung Cucak Thailand
Burung cucak
thailand (Chloropsis aurifrons) juga sering disebut cucak cung kok.
Burung ini diperkirakan berasal dari RRC. Bentuk fisiknya menyerupai cucak
rante atau cucak ijo, hanya badannya sedikit lebih besar. Warna bulunya
sepintas mirip cucak ijo, bedannya bagian dagu cucak thailand berwarna biru
laut dan atap kepala berwarna merah bata. Suara kicauannya cukup baik dengan
variasi yang lebih banyak dari cucak ijo, dan ketajaman suaranya lebih keras
dari burung jok-jok yang bersuara roppel.
Dipasaran
keberadaan cucak thailand belum terlalu lama. Oleh karena jumlahnya sedikit
maka harga jualnya cukup tinggi. Harga cucak thailand yang baru datang sudah
mencapai ratusan ribu rupiah.
4.
Burung Robin
Burunng
robin (pekin robin/Leiobrix lutea) mempunyai kemampuan yang cukup baik
dalam berkicau, baik dalam hal kerajinan maupun kecepatannya. Selain rajin
berkicau, burung robin mudah terpancing oleh suara burung lain. Robin untuk
pendamping cucakrawa dipilih yang berbadan cukup besar dan berkelamin jantan.
Selain rajin dan cepat berkicau, volume suaranya tidak sebesar suara burung
cucakrawa.
5.
Burung Jok-Jok / Merbah atau Cerucuk
Burung
jok-jok (yellow-vented bulbul/Pycnonotus goiavier) masih satu keluarga
dengan cucakrawa (Pycnonotidae). Di Sumatera, khususnya masyarakat
melayu, dikenal dengan nama burung merbah. Tipe suara burung jok-jok tergolong
cukup cepat dan tidak banyak variasi. Dapat dikatakan burung ini salah satu
pendamping terbaik untuk burung cucakrawa. Akan tetapi, untuk mendapatkan
jok-jok yang rajin berkicau dan suara yang berkualitas baik tidak mudah. Untuk
bisa membuatnya rajin berkicau, dibutuhkan waktu cukup lama seperti halnya kita
memelihara burung cucakrawa.
Harga
burung jok-jok yang telah rajin berkicau saat ini tergolong mahal untuk ukuran
kelasnya, bisa mencapai lebih sari Rp 175.000,-. Kalau ingin memeliharanya,
cukup membeli burung bakalan berkelamin jantan dan usianya masih muda hutan
atau anakan.
F. Memasangkan Burung Cucakrawa
Masa
sekarang ini, sangat sulit untuk mendapatkan cucakrawa dengan suara kicau yang
baik, terlebih lagi yang bersuara roppel. Seperti telah dijelaskan di muka bahwa
tipe suara roppel hanya dimiliki cucakrawa asal Sumatera yang saat ini sudah
langka. Untuk bisa mengharapkan suara semacam ituhanya mungkin diperoleh dengan
cara memasangkan dua cucakrawa agar nantinya mau berkicau bersama dan saling
bersautan. Cucakrawa yang berkicau bersahut-sahutan lebih dikenal dengan
“cucakrawa berpasangan”.
Para
penggemar kurang menyukai cara memasangkan cucakrawa ini. Hal ini bukan karena
faktor sulitnya melakukan cara tersebut, tetapi dikarenakan kelemahan-kelemahan
yang dimiliki cucakrawa berpasangan. Faktor lain yang mengurangi minat
penggemar melakukan hal ini adalah tingginya harga cucakrawa bakalan. Bila
penggemar hanyasekedar hobi maka tidak perlu membeli cucakrawa dalam jumlah
banyak.
Walaupun
cara cucakrawa berpasangan jarang dilakukan, tetapi hanya dengan cara seperti
inilah kualitas suara cucakrawa dapat ditingkatkan. Bagaimanapun cara ini tidak
merugikan karena selain lebih enak dinikmati suaranya, juga harga jual
cucakrawatersebut dapat lebih tinggi bila dijual.
1)
Kelebihan dan Kelemahan
Cara
mendapatkan suara roppel dengan memasangkan cucakrawa ada kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya adalah cucakrawa lebih rajinnberkicau dan tidak
mengenal waktu. Adapaun kelemahannya sbb:
a.
Cucakrawa akan mempunyai suara yang kurang baik, lebih buruk dari suara
gedongan, dan malas berkicau bila salah satu cucakrawa tidak asa (terlepas,
dijual, atau mati).
b. Suara cucakrawa akan pulih kembali jika dicarikan pasangan baru yang
cocok. Hal ini agak susah dilakukan karena suara cucakrawa yang baru minimal
mempunyai kualitas yang sama dengan cucakrawa yang dahulu.
Kendala-kendala seperti inilah yang tidak disukai penggemar bila mempunyai cucakrawa yang kicauannya berpasangan. Namun bagi penangkar akan membeli cucakrawa yang sudah berpasangan dalam berkicau karena begitu dicampurkan dengan lawan jenisnya akan langsung berjodoh dan cepat memberi keturunan.
Kendala-kendala seperti inilah yang tidak disukai penggemar bila mempunyai cucakrawa yang kicauannya berpasangan. Namun bagi penangkar akan membeli cucakrawa yang sudah berpasangan dalam berkicau karena begitu dicampurkan dengan lawan jenisnya akan langsung berjodoh dan cepat memberi keturunan.
2) Ciri suara cucakrawa yang baik untuk berpasangan
Karakter
yang dimiliki cucakrawa berbeda satu dengan lainnya. Ada cucakrawa yang suka
berkicau sendirian dan ada yang suka berkicau jika dipancing dengan suara cucakrawa
atau burung lainnya.
Ciri-ciri
cucakrawa yang mudah dipasangkan adalah suaranya selalu memancing burung
sejenisnya. Suara yang dikicaukan tidak terlalu keras dan seperti ada kesan
ditahan-tahan. Bila ada cucakrawa lainnya yang menyambut suaranya, cucakrawa
tersebut akan lebih mengeraskan suara dan kecepatannya.
Hal ini
akan lebih mudah dipahami jika burung tersebut sudah mulai rajin berkicau. Selain
itu, jumlah cucakrawa sebaiknya 3-4 ekor, kalau hanya 2 ekor sangat sulit
menentukan kecocokannya bila dipasangkan. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab penggemar kurang berminat memasangkan cucakrawa.
Umumnya,
cucakrawa yang kicauannya berpasangan adalah jantan dan betina atau jantan
dengan jantan. Pasangan jantan dengan jantan lebih baik. Hal ini lebih
didasarkan karena kebiasaannya. Di habitat aslinya, suara kicauan cucakrawa
jantan dikumandangkan pada saat musim kawin untuk menarik lawan jenisnya. Kalau
sesama jantan mau berpasangan, hal ini lebih disebabkan cucakrawa jantan ingin
menunjukan kekuasaan wilayahnya dan memikat hati cucakrawa betina.
Suara yang
berpasangan tidak sulit dipantau, hanya tinggal kita melatih mentalnya. Bagaimanapun
kita punya keinginan agar cucakrawa tersebut mau berkicau di segala tempat.
Ada sebagian
penggemar mencoba melakukan cara ini dengan mendekatkan sangkar dua ekor cucakrawa
sejak masih bakalan dan ternyata tidak mendapatkan hasil. Kegagalan ini
kemungkinan besar disebabkan kedua burung tersebut berkelamin betina.
Akan lebih
mudah dan lebih cepat jika burung cucakrawa yang akan dipasangkan suaranya
telah dipelihara lebih dari satu tahun atau telah mengalami rontok bulu satu
kali. Namun, dengan memilih cucakrawa ini berarti harganya telah lumayan
tinggi.
G. Menempatkan Dalam Kandang besar
Kandang
besar tempat seleksian cucakrawa bakalan juga dapat dimanfaatkan untuk
memelihara cucakrawa hingga jinak dan rajin berkicau. Bila ada perubahan
kandang, hanya bagian depan saja yang dimodifikasi atau dirombak agar lebih
terbuka. Penggunaan kandang besar jauh lebih menguntungkan dibandingkan memakai
sangkar soliter. Selain bulu barunya cepat tumbuh dengan sempurna, burung akan
cepat rajin berkicau, terjamin ketenangannya, dan ruangnya lebih leluasa. Bila sangkar
soliter mudah dipindah-pindahkan maka kandang besar tentunya tidak dapat
dipindah-pindahkan sehingga mental cucakrawa lebih stabil dan lebih
memungkinkan berkicau dalam tempo singkat dengan kualitas yang baik.
Teknik perawatan
cucakrawa dalam kandang tidak jauh berbeda dengan cara yang digunakan dalam
menyeleksi cucakrawa bakalan maupun perawatan dalam sangkar soliter. Dalam satu
kandang hanya ditempatkan satu cucakrawa jantan atau satu cucakrawa betina yang
telah diseleksi dan memiliki suara yang baik.
Untuk membuat
burung tersebut lebih tenang tidak takut dan mau rajin berkicau, juga
ditempatkan burung jok-jok dan robin dalam kandang tersebut. Kehadiran kedua
burung tersebut juga diharapkan dapat memacu cucakrawa untuk rajin berkicau. Menyatukan
cucakrawa dengan burung jok-jok dan robin tidak akan menimbulkan masalah karena
karakter dan tikah lakunya cukup tenang dan makanan yang disukai tidak berbeda.
Penggunaan
kandang besar hanya bersifat sementara karena akan lebih membanggakan bila cucakrawa
yang rajin berkicau berada di sangkar soliter. Waktu yang tepat untuk
memindahkan cucakrawa dari kandang besar ke kandang soliter adalah setelah
burung tersebut mengalami ganti bulu. Biasanya, cucakrawa yang dipelihara dari
bakalan akan mengalami ganti bulu setelah 10 - 11 bulan dan kemudian ditambah
waktu 2 bulan untuk menumbuhkan bulunya. Jadi, lebih kurang 13 – 14 bulan cucakrawa
dipelihara dalam kandang besar kemudian dipindahkan ke sangkar soliter.
Dalam kurun
waktu tersebut, jika perawatannya cukup baik, cucakrawa pasti berani dan mau
berkicau dengan baik. Pemeliharaan dalam tahap awal dengan menggunakan kandang
besar merupakan salah satu alternatif yang baik dan tidak ada salahnya untuk
dicoba. Selanjutnya, kita hanya tinggal melatih mentalnya agar lebih berani
berkicau di tempat terbuka. Selain itu, kandang besar bisa dimanfaatkan untuk
merawat cucakrawa yang sedang mengalami ganti bulu agar bulu tumbuh sempurna.
Belum ada tanggapan untuk "Agar Suara Burung Cucakrawa Berkualitas Bagus"
Posting Komentar