Menilai tingkat kualitas suara cucakrawa tidak semua penggemar berpandangan sama. Jangankan penggemar, saat kontes para juri yang bisa dikatakan ahli dalam menilai suara kicauan juga berbeda pandangan.
Apabila diperhatikan hampir tiap cucakrawa menyenandungkan suara kicauan yang berbeda. Kemungkinan hal inilah yang menjadi dasar adanya tingkatan kualitas suara cucakrawa. Para juri di arena kontes mempunyai andil besar dalam menentukan kualitas suara cucakrawa yang kemudian menyebar melalui para penggemarnya.
Burung cucakrawa memiliki enam (6) tingkatan kualitas suara. salah satu di antaranya kurang begitu populer, yaitu "double slah". Keenam tingkatan tersebut bila diurutkan dari suara berkualitas kurang baik hingga yang terbaik yaitu gedongan, engkel, engkel panjang, semi roppel, double slah (istilah baru), roppel.
A. Gedongan
Berdasarkan tingkatan, suara cucakrawa yang disebut gedongan tergolong kualitas paling kurang baik. Digunakannya istilah gedongan sebab cucakrawa tersebut lebih banyak dimiliki oleh penggemar yang rumahnya tergolong baik dan hanya diperlakukan sebagai burung pajangan. Kebanyakan suara gedongan dimiliki cucakrawa betina yang salah dalam pengurusan atau perawatannya.
Suara gedongan dicirikan dengan kicauan yang pelan (lambat), sedikit variasi, dan kotor. Burung bersuara ini biasanya tidak rajin berkicau. Ada sebutan lain untuk cucakrawa bersuara gedongan yaitu “ngingklung”. Disebut demikian karena suaranya hanya klang kling klung, klang, kling, klung.
B. Engkel
Pada tingkat ini, suara kicauan cucakrawa sudah tergolong lebih baik. Ada Peningkatan suaranya dari segi variasi, tetapi masih lambat. Sering juga penggemar, khususnya penggemar di Jawa Tengah, menyebutnya dengan “ngengkel”. Untuk ukuran penggemar biasa, suara burung cucakrawa yang tergolong engkel sudah cukup baik.
Umumnya tipe suara ini lebih banyak dimiliki cucakrawa jantan dari Kalimantan yang salah perawatan. Suara cucakrawa asal Kalimantan kurang tebal, ngambang atau kurang memiliki tekanan suara yang dalam dan lambat. Membenahi kualitas suara ini tergolong sulit. Peningkatannya hanya mungkin sampai tingkatan engkel panjang.
C. Engkel Panjang
Cucakrawa yang kulitas suaranya tergolong engkel panjang bisa dikatakan lebih dari sekedar cukup karena variasi suaranya cukup banyak. Cucakrawa bersuara ini juga lebih rajin berkicau. Cucakrawa yang bersuara engkel panjang hanya menonjolkan variasi suara dan jarang berkicau dengan suara cepat. Suara kicauan cucakrawa engkel panjang umumnya dimiliki cucakrawa jantan asal Medan, Sumatra Selatan, dan Jambi yang kurang perawatan.
D. Semi-roppel
Apabila burung yang bersuara engkel panjang jarang bersuara cepat, hanya pada tingkat suara semi-roppel kecepatan suaranya lebih sering terdengar. Akan tetapi, variasi yang dikicaukan masih terdapat banyak celah, selah atau jarak antar variasi suaranya masih ada lubang. Celah atau lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung lain sehingga menimbulkan kesan seperti berpasangan. Hal ini mungkin saja terjadi sebab variasi suara semi-roppel tergolong agak banyak.
Cucakrawa asal Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh yang rawatannya baik bisa mencapai kualitas suara semi-roppel. Cucakrawa jantan asal Medan jarang yang bersuara semi-roppel, kebanyakan bersuara engkel panjang.
E. Double Slah
Istilah suara double slah dapat dikatakan baru dan kurang populer di kalangan penggemar burung cucakrawa. Pada tingkat ini, suara cucakrawa tergolong baik, tetapi masih ada lubang atau celah yang memungkinkan suara cucakrawa lain mengikuti. Biasanya, suara ini dimiliki cucakrawa jantan asal Lampung, Sumatera Selatan dan Jambi. Suara ini juga banyak dimiliki cucakrawa betina asal Medan, tetapi suaranya agak lambat.
F. Roppel
Istilah kata roppel yang dipakai di sini masih kurang jelas pembentukan katanya, ada kemungkinan diambil dari kata “rope” yang artinya tali dan kata “roll” yang berarti bergulung. Jadi suara roppel dapat diartikan suara yang panjang seperti tali dan bergulung. Suara roppel terkadang ada juga yang menyebutnya dengan suara “ngropel”.
Cucakrawa bersuara roppel mempunyai kecepatan suara seperti tidak memiliki jarak, tidak ada slah di antara variasinya, serta terdengar cukup besar dan keras. Suara demikian banyak dimiliki cucakrawa betina asal Medan dan cucakrawa jantan asal Lampung.
Cucakrawa betina bersuara roppel ummunya lebih berkualitas dibandingkan cucakrawa jantan karena suara roppelnya murni, sedangkan cucakrawa jantan bersuara roppel masih mau mengicaukan suara lain sehingga kurang murni. Namun sayangnya cucakrawa betina hanya sesekali berkicau, seringnya hanya pada waktu pagi dan sore hari. Cucakrawa jantan bisa dikatakan lebih rajin berkicau, tetapi tidak serajin burung berkicau unggulan lainnya, seperti murai batu dan anis. Kalau diamati dengan baik, cucakrawa jantan hanya rajin berkicau jika terpancing dengan suara burung lain.
Next Post >>>> Agar Suara Burung Cucakrawa Berkualitas Bagus
Belum ada tanggapan untuk "Penggolongan Jenis / Tingkat Kualitas Suara Burung Cucakrawa"
Posting Komentar